Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya, potensi-potensi yang dimiliki manusia bisa berkembang semua, atau hanya sebagian, atau bahkan tidak sama sekali. Disinilah kemudian letak peranan pranata keluarga dan pranata-pranata sosial termasuk lembaga pendidikan yang lainnya untuk membantu tumbuh dan berkembangnya potensi seseorang.

Potensi sangat identik dengan kecerdasan. Coba anda bayangkan!. Kemudian, dalam perkembangannya teori psikologi dan pembelajaran terkini, diketahui bahwa setiap manusia yang terlahir setidaknya memiliki delapan tipe kecerdasan atau potensi, beberapa buku bahkan menuliskan Sembilan tipe kecerdasan. Adapun delapan tipe kecerdasan tersebut adalah, visual-spatial intelligence; logical-mathematical intelligence ; verbal-linguistic intelligence ; bodily-kinesthetic intelligence ; musical-rhythmic intelligence ; naturalist intelligence ; interpersonal intelligence ; intrapersonal intelligence.
Enstein dan Edison adalah dua orang yang sangat menonjol dalam tipe logical-mathematical intelligence. Sementara itu, Winston Churchil adalah orang yang menonjol dengan memaksimalkan kecerdasan verbal-lingusitic juga interpersonal. Menurut sebuah riset di MIT setiap orang rata-rata bisa mengembangkan dua atau tiga tipe kecerdasan yang dimilikinya. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk kesemuanya berkembang secara seimbang. Lalu, bagaimana dengan anda? Atau anak-anak anda? Secara langsung atau tidak langsung orang tua berpengaruh terhadap berkembangnya tipe-tipe kecerdasan seorang anak. Bukankah tak jarang kita temui orang tua yang memaksakan seorang anak untuk ikut kursus tertentu, padahal sang anak tidak berminat yang pada akhirnya mengembangkan salah satu tipe kecerdasan sang anak sesuai dengan kursus yang diikutinya. Maka pilihan kitalah yang menentukan kecerdasan yang mana yang akan kita kembangkan atau sama sekali, alias kita memilih menjadi bodoh.

Bila anda termasuk orang yang percaya bahwa tingkat intelegensi termasuk IQ- merupakan bawaan dari lahir dan tidak bisa dikembangkan , maka anda berada pada posisi yang salah. Semua teori dan hasil riset pada proses pembelajarn terkini, salah satunya dilakukan oleh David Lazear, bahwa tingkat intelengensi bisa dikembangkan. Caranya adalah dengan belajar sesuai dengan keunikan gaya belajar yang dimiliki. Dan Ketiga orang tersebut di atas, Enstein, Edison, serta Churchill adalah sedikit dari contoh-contoh yang dapat dikemukakan.

Satu lagi, tahukah anda bahwa ternyata kebanyakan manusia sampai saat ini termasuk Enstein, hanya menggunakan maksimal 1 % dari kemampuan otak yang dimilikinya. Hal itu terungkap dari seorang pakar pembelajaran, Tony Buzan. Subhanallah, Allahu Akbar! Dan apakah kita tidak ingin termasuk kedalam golongan orang yang mau bersyukur dengan karunianya?
Jika jawabanya adalah ya atau ingin, maka memilih lembaga pendidikan termasuk bimbingan belajar -yang tepat untuk mengembangkan potensi diri adalah salah satu bentuk upaya kita mensyukuri nikmatNya dengan senantiasa berusaha untuk mengembangkan apa yang diberikan olehNya